Sabtu, 29 Oktober 2016

ANALISIS NOVEL ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN Karya: Sutan Takdir Alisyahbana



ANALISIS NOVEL
ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN
Karya: Sutan Takdir Alisyahbana

 

 
  
    
  
DI AJUKAN SEBAGAI TUGAS PENGGANTI UTS DAN SYARAT KELULUSAN MATA KULIAH PSIKOLOGI SASTRA SEMESTER 4 TAHUN AKADEMIK 2015




Oleh

MINDRIYANI

1401040097



PENDIDIKAN BAHSA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2016



BAB I
PENDAHULUAN


A.                Latar Belakang

Dewasa ini novel bisa juga sebagai karya sastra yang bersifat fiksi, berbeada dengan karya sastra lain, Novel dapat menggambarkan suasan dan kejadian lebih luas serta mendetail, dalam menyajikan tulisanya Novel lebih santai namun bisa mempengaruhi pembaca untuk masuk dalam alur yang di tulis sesuai pemikiran penulis.
Kehidupan yang digambarkan oleh pengarang sudah disisipi rekaan meskipun tampak seperti sebuah realita. Kehidupan di dalam karya sastra adalah kehidupan yang telah diwarnai dengan sikap pengarang, latar belakang pendidikan, keyakinan, dan sebagainya (Pradopo, 1997: 36). Novel dengan manusia mempunyai hubungan erat, sebab novel sebagai karya sastra merupakan salah satu hasil budi daya pikir manusia yang didasarkan pada pengamatan dan pengalaman pribadi pengarang tentang kehidupan manusia. Kenyataan hidup seseorang dapat ditemui dalam karya sastra yang
diperankan oleh tokoh cerita. Dalam analisis kejiwaan tokoh akan sangat erat
perkaitan dengan pengertian diri individu.
Hal ini sangat menarik untuk di kaji, menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan bahwa perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
 
B.  Landasan Teori

Teori Kepribadian, teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud.  Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan bahwa perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
Alam bawah sadar yang digambarkan freud memiliki 3 unsur, yaitu id, ego dan super ego.

1.    ID
 merupakan Kepribadian yang asli; Id merupakan sumber dari kedua sistem/energi yang lain yaitu ego dan superego. Id terdiri dari dorongan-dorongan biologis dasar seperti kebutuhan makan, minum dan  sex.
Didalam Id terdapat dua jenis energi yang bertentangan dan sangat mempengaruhi kehidupan dan kepribadian individu, yaitu insting kehidupan dan insting kematian. Insting kehidupan ini disebut libido. Dorongan-dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan dalam pemuasannnya Id selalu berupaya menghindari pengalaman–pengalaman yang tidak menyenangkan. Makanya cara pemuasan dari dorongan ini disebut prinsip kesenangan ( pleasure principle ).

2.    EGO
Ego merupakan energi yang mendorong untuk mengikuti prinsip kenyataan (reality principle), dan beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan prinsip sekunder ini adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukannya suatu objek      yang    cocok   untuk  pemuasan kebutuhan.
Ego menjalankan fungsi pengendalian yang berupaya untuk pemuasan dorongan Id itu bersifat realistis dan sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain fungsi ego adalah menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh ID berdasarkan kenyataan.
  
3.    SUPEREGO
Superego adalah suatu gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adat istiadat, agama, orang tua, guru dan orang-orang       lain      pada   anak.
            Karena itu pada dasarnya Superego adalah hati nurani (concenience) seseorang yang menilai benar atau salahnya suatu tindakan seseorang. itu berarti Superego mewakili nilai-nilai ideal dan selau berorientasi pada kesempurnaan.




BAB II
PEMBAHASAN

            Pada kesempatan kali ini penulis akan menganalisis novel ini dengan menggunakan pendekatan teori kepribadian pada salah satu tokoh yaitu pimpinan penyamun yang bernama Medasing.

A.  Tokoh lebih medasing lebih mengedepankan kepribadian id.
Dalam penggalan novel medasing adalah seorang tokoh penjahat yang mengedepankan keperibadian ID yang mana ia selalu  berusaha memenuhi keinginanya dalam merampok dengan cara apapun bahkan tak segan ia membunuh korbanya apa bila si korban hendak melawan. Perlakuanya ini di dorong oleh keinginan dalam dirinya demi memenuhi kebutuhan hidupnya khususnya kebutuhan untuk makan. Hal ini dapat di buktikan dalam penggalaan novel berikut :
 Haji Sahak adalah seoerang saudagar yang kaya raya. Ia hendak berdagang bersama istri dan anak perawannya. Dari Pagar alam ke Palembang. Di tengah perjalanan, Haji Sahak dicegat oleh segerombolan perampok yang dipimpin Medasing. Haji Sahak dan istrinya yang bernama Nyi Hajjah Andun dibunuh oleh Medasing. Tetapi Sayu, anak perawan Haji Sahak tidak mereka bunuh. Sayu ikut dibawa kesarang penyamun pimpinan Medasing. Suatu hari Samad, anak buah Medasing mendatangi Medasing untuk minta bagian hasil perampokan. Namun selama Samad berada di sarang penyamun itu, rupanya langsung jatuh hati pada Sayu yang cantik. Secara diam-diam dia berniat membawa sayu lari dari sarang tersebut.

B.  Kejiwaan
Dalam potongan teks cerita pun mendasing mengalami goncangan batin, yang mengakibatkan ia sangangat bersedih. Akibat ia ditinggalkan oleh anak buah yang sangat di sayangi. Betapa terpukulnya medasing ketika mengetahui anak buahnya itu meninggal. Sekuat apapun dan sejahat apapun orang ketika di hampiri masalah yang menyangkut batin pasti akan lemah. Contoh saja tokoh medasing ini yang bekerja sebagai rampok atau penyamun. Yang kita tau bahwah penyamun itu sangat keras dan suka membunuh. Analisis tadi bisa di buktikan dengan kutipan teks berikut :
 Setelah berhasil dengan sukses merapok keluarga saudagar Haji Sahak, rupanya dalam perampokan Medasing sering mengalami kegagalan. Karena rahasia niat mereka untuk merampok selalu digaglkan oleh Samad. Lama-kelamaan anak buah Medasing tinggal seorang saja, yaitu Sanip. Betapa hancur hati Medasing menerima kenyatan pahit ini. Hatinya semakin pilu, ketika dalam kenekatannya dalam merampok yang terakhir kali Sanip meninggal, sedangkan dia sendiri terluka parah namun berhasil melarikan diri

C.       Pada tahap berikut tokoh yang bernama medasing mengalami suatu kejadian yang bisa membuatnya sadar bahwa perbuatanya selama ini sangat kejam, pernyataan tersebut sesuai dengan konsep super ego yang menyatakan bahwa dalm diri seseorang sebenarnya ada unsur hati nurani, hati nurani ini bisa digunakan        untuk        menilai baik    buruknya seseorang.  
     “Menurut penuturan penghuni baru, bahwa Nyi Haji Andun, ibu Sayu tinggal sendirian di pinggir kampung. Mendengar itu kedua orang ini langsung menuju Nyi Haji Andun. Rupanya Nyi Haji Andun tidak meninggal sewaktu diserang Medasing dan kawan-kawan perampoknya. Nyi Haji Andun hanya terluka parah dan berhasil sembuh kembali. Sekarang Nyi Haji Andun tinggal sendirian di ujung kampung dengan sakit keras. Disaat ibunya sedang kritis Sayu dan Medasing datang dihadapan Nyi Haji Andun. Ia sangat bahagia dan langsung meninggal, Sayu sangat sedih. Medasing sendiri juga hancur hatinya.”
Pada penggalan cerita di atas mengembalikan perasaan penyesalan yang mendalam bagi seorang medasing yang dulunya orang yang suka merampok, sekarang berubah derasti akibat penyesalan atas apa yang telah ia lakukan selama ini.



BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
       Dapat disimpulkan bahwa Novel memberikan sebuah cerminan bahwa sekeras apapun hati seseorang lambat laun pasti akan luluh juga. Seperti yang terjadi pada tokoh dalam novel yakni medasing. Ia adalah seorang anak yang keras dan jahat. Tapi hatinya bisa luluh hanya karena melihat kondisi Sayu yang menderita akibat ulahnya. Akhirnya ia sadar akan dirinya dan segera berubah menjadi orang yang ramah, sopan dan baik hati.

B.   Saran
        Kita sebagai sesama manusia jangan pernah menilai orang lain dengan melihat dari satu sisi saja, karena belum tentu orang yang kita nilaburuk, belum tentu kenyataanya buruk.

 

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang:  UMM Press.

Suryabrata, Sumardi. 2012. Psikologi Kepribadian. Jakarta: RajaGrafindo Persada.