ANALISIS NOVEL
ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN
Karya: Sutan Takdir Alisyahbana
ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN
Karya: Sutan Takdir Alisyahbana
DI AJUKAN SEBAGAI TUGAS PENGGANTI
UTS DAN SYARAT KELULUSAN MATA KULIAH PSIKOLOGI SASTRA SEMESTER 4 TAHUN AKADEMIK
2015
Oleh
MINDRIYANI
1401040097
PENDIDIKAN
BAHSA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dewasa ini novel bisa juga sebagai karya sastra yang bersifat fiksi,
berbeada dengan karya sastra lain, Novel dapat menggambarkan suasan dan
kejadian lebih luas serta mendetail, dalam menyajikan tulisanya Novel lebih
santai namun bisa mempengaruhi pembaca untuk masuk dalam alur yang di tulis
sesuai pemikiran penulis.
Kehidupan
yang digambarkan oleh pengarang sudah disisipi rekaan meskipun tampak seperti
sebuah realita. Kehidupan di dalam karya sastra adalah kehidupan yang telah
diwarnai dengan sikap pengarang, latar belakang pendidikan, keyakinan, dan
sebagainya (Pradopo, 1997: 36). Novel dengan manusia mempunyai hubungan erat,
sebab novel sebagai karya sastra merupakan salah satu hasil budi daya pikir
manusia yang didasarkan pada pengamatan dan pengalaman pribadi pengarang
tentang kehidupan manusia. Kenyataan hidup seseorang dapat ditemui dalam karya
sastra yang
diperankan oleh tokoh
cerita. Dalam analisis kejiwaan tokoh akan sangat erat
perkaitan dengan pengertian
diri individu.
Hal ini
sangat menarik untuk di kaji, menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga
tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious),
dan tak-sadar (unconscious). Konsep dari teori Freud yang paling
terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian
besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan bahwa perilaku manusia
didasari pada hasrat seksualitas (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh
manusia semenjak kecil dari ibunya.
B. Landasan Teori
Teori Kepribadian, teori yang dikemukakan oleh Sigmund Freud. Konsep dari teori Freud yang paling
terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian
besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan bahwa perilaku
manusia didasari pada hasrat seksualitas (eros) yang pada awalnya dirasakan
oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.
Alam bawah sadar yang digambarkan freud memiliki 3 unsur, yaitu id, ego dan
super ego.
1.
ID
merupakan Kepribadian yang asli; Id merupakan
sumber dari kedua sistem/energi yang lain yaitu ego dan superego. Id terdiri
dari dorongan-dorongan biologis dasar seperti kebutuhan makan, minum dan sex.
Didalam Id terdapat dua jenis energi yang bertentangan dan sangat mempengaruhi kehidupan dan kepribadian individu, yaitu insting kehidupan dan insting kematian. Insting kehidupan ini disebut libido. Dorongan-dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan dalam pemuasannnya Id selalu berupaya menghindari pengalaman–pengalaman yang tidak menyenangkan. Makanya cara pemuasan dari dorongan ini disebut prinsip kesenangan ( pleasure principle ).
Didalam Id terdapat dua jenis energi yang bertentangan dan sangat mempengaruhi kehidupan dan kepribadian individu, yaitu insting kehidupan dan insting kematian. Insting kehidupan ini disebut libido. Dorongan-dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan dalam pemuasannnya Id selalu berupaya menghindari pengalaman–pengalaman yang tidak menyenangkan. Makanya cara pemuasan dari dorongan ini disebut prinsip kesenangan ( pleasure principle ).
2.
EGO
Ego merupakan energi yang mendorong
untuk mengikuti prinsip kenyataan (reality principle), dan beroperasi menurut
proses sekunder. Tujuan prinsip sekunder ini adalah mencegah terjadinya
tegangan sampai ditemukannya suatu objek yang cocok
untuk pemuasan kebutuhan.
Ego menjalankan fungsi pengendalian yang berupaya untuk pemuasan dorongan Id itu bersifat realistis dan sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain fungsi ego adalah menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh ID berdasarkan kenyataan.
Ego menjalankan fungsi pengendalian yang berupaya untuk pemuasan dorongan Id itu bersifat realistis dan sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain fungsi ego adalah menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh ID berdasarkan kenyataan.
3.
SUPEREGO
Superego adalah suatu gambaran kesadaran
akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adat istiadat,
agama, orang tua, guru dan orang-orang lain pada
anak.
Karena itu pada dasarnya Superego adalah hati nurani (concenience) seseorang yang menilai benar atau salahnya suatu tindakan seseorang. itu berarti Superego mewakili nilai-nilai ideal dan selau berorientasi pada kesempurnaan.
Karena itu pada dasarnya Superego adalah hati nurani (concenience) seseorang yang menilai benar atau salahnya suatu tindakan seseorang. itu berarti Superego mewakili nilai-nilai ideal dan selau berorientasi pada kesempurnaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada kesempatan kali ini penulis akan menganalisis novel ini dengan menggunakan pendekatan teori kepribadian pada salah satu tokoh yaitu pimpinan penyamun yang bernama Medasing.
A. Tokoh lebih
medasing lebih mengedepankan kepribadian id.
Dalam penggalan novel medasing adalah seorang tokoh
penjahat yang mengedepankan keperibadian ID yang mana ia selalu berusaha memenuhi keinginanya dalam merampok
dengan cara apapun bahkan tak segan ia membunuh korbanya apa bila si korban
hendak melawan. Perlakuanya ini di dorong oleh keinginan dalam dirinya demi
memenuhi kebutuhan hidupnya khususnya kebutuhan untuk makan. Hal ini dapat di
buktikan dalam penggalaan novel berikut :
Haji Sahak adalah seoerang saudagar yang kaya
raya. Ia hendak berdagang bersama istri dan anak perawannya. Dari Pagar alam ke
Palembang. Di tengah perjalanan, Haji Sahak dicegat oleh segerombolan perampok
yang dipimpin Medasing. Haji Sahak dan istrinya yang bernama Nyi Hajjah Andun
dibunuh oleh Medasing. Tetapi Sayu, anak perawan Haji Sahak tidak mereka bunuh.
Sayu ikut dibawa kesarang penyamun pimpinan Medasing. Suatu hari Samad, anak
buah Medasing mendatangi Medasing untuk minta bagian hasil perampokan. Namun
selama Samad berada di sarang penyamun itu, rupanya langsung jatuh hati pada
Sayu yang cantik. Secara diam-diam dia berniat membawa sayu lari dari sarang
tersebut.
B. Kejiwaan
Dalam potongan teks cerita pun mendasing mengalami
goncangan batin, yang mengakibatkan ia sangangat bersedih. Akibat ia
ditinggalkan oleh anak buah yang sangat di sayangi. Betapa terpukulnya medasing
ketika mengetahui anak buahnya itu meninggal. Sekuat apapun dan sejahat apapun
orang ketika di hampiri masalah yang menyangkut batin pasti akan lemah. Contoh
saja tokoh medasing ini yang bekerja sebagai rampok atau penyamun. Yang kita
tau bahwah penyamun itu sangat keras dan suka membunuh. Analisis tadi bisa di
buktikan dengan kutipan teks berikut :
Setelah berhasil dengan sukses merapok
keluarga saudagar Haji Sahak, rupanya dalam perampokan Medasing sering
mengalami kegagalan. Karena rahasia niat mereka untuk merampok selalu digaglkan
oleh Samad. Lama-kelamaan anak buah Medasing tinggal seorang saja, yaitu Sanip.
Betapa hancur hati Medasing menerima kenyatan pahit ini. Hatinya semakin pilu,
ketika dalam kenekatannya dalam merampok yang terakhir kali Sanip meninggal,
sedangkan dia sendiri terluka parah namun berhasil melarikan diri.
C.
Pada tahap berikut tokoh yang bernama medasing
mengalami suatu kejadian yang bisa membuatnya sadar bahwa perbuatanya selama
ini sangat kejam, pernyataan tersebut sesuai dengan konsep super ego yang menyatakan bahwa dalm diri seseorang sebenarnya ada
unsur hati nurani, hati nurani ini bisa digunakan untuk menilai
baik buruknya seseorang.
“Menurut penuturan penghuni baru, bahwa Nyi Haji Andun, ibu Sayu tinggal sendirian di pinggir kampung. Mendengar itu kedua orang ini langsung menuju Nyi Haji Andun. Rupanya Nyi Haji Andun tidak meninggal sewaktu diserang Medasing dan kawan-kawan perampoknya. Nyi Haji Andun hanya terluka parah dan berhasil sembuh kembali. Sekarang Nyi Haji Andun tinggal sendirian di ujung kampung dengan sakit keras. Disaat ibunya sedang kritis Sayu dan Medasing datang dihadapan Nyi Haji Andun. Ia sangat bahagia dan langsung meninggal, Sayu sangat sedih. Medasing sendiri juga hancur hatinya.”
“Menurut penuturan penghuni baru, bahwa Nyi Haji Andun, ibu Sayu tinggal sendirian di pinggir kampung. Mendengar itu kedua orang ini langsung menuju Nyi Haji Andun. Rupanya Nyi Haji Andun tidak meninggal sewaktu diserang Medasing dan kawan-kawan perampoknya. Nyi Haji Andun hanya terluka parah dan berhasil sembuh kembali. Sekarang Nyi Haji Andun tinggal sendirian di ujung kampung dengan sakit keras. Disaat ibunya sedang kritis Sayu dan Medasing datang dihadapan Nyi Haji Andun. Ia sangat bahagia dan langsung meninggal, Sayu sangat sedih. Medasing sendiri juga hancur hatinya.”
Pada penggalan cerita di atas mengembalikan perasaan
penyesalan yang mendalam bagi seorang medasing yang dulunya orang yang suka
merampok, sekarang berubah derasti akibat penyesalan atas apa yang telah ia
lakukan selama ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Novel memberikan sebuah cerminan bahwa sekeras apapun hati seseorang lambat laun pasti akan luluh juga. Seperti yang terjadi pada tokoh dalam novel yakni medasing. Ia adalah seorang anak yang keras dan jahat. Tapi hatinya bisa luluh hanya karena melihat kondisi Sayu yang menderita akibat ulahnya. Akhirnya ia sadar akan dirinya dan segera berubah menjadi orang yang ramah, sopan dan baik hati.
Dapat disimpulkan bahwa Novel memberikan sebuah cerminan bahwa sekeras apapun hati seseorang lambat laun pasti akan luluh juga. Seperti yang terjadi pada tokoh dalam novel yakni medasing. Ia adalah seorang anak yang keras dan jahat. Tapi hatinya bisa luluh hanya karena melihat kondisi Sayu yang menderita akibat ulahnya. Akhirnya ia sadar akan dirinya dan segera berubah menjadi orang yang ramah, sopan dan baik hati.
B. Saran
Kita sebagai sesama manusia jangan pernah
menilai orang lain dengan melihat dari satu sisi saja, karena belum tentu orang
yang kita nilaburuk, belum tentu kenyataanya buruk.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwisol.
2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Suryabrata,
Sumardi. 2012. Psikologi Kepribadian.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.